24 Juli 2017

E-learning dan I-Boy

Keterlibatan saya di proyek e-learning Unesa berawal dari proyek IDB (Islamic Development Bank) di Unesa sejak tahun 2014. Saat itu boleh dikatakan awal dari perhatian serius saya terhadap teknologi di dunia pendidikan. Bagaimana tidak, teknologi telah sedemikian rupa merupa warna pendidikan, tidak hanya tentang e-learning tetapi juga menginfeksi media pembelajaran, menentukan bagaimana manusia masa kini belajar, dan bisa jadi bagaimana manusia mendefinisikan dirinya dalam kekinian.

E-learning (sebenarnya sudah lama di-Indonesia-kan sebagai kuliah daring) merupakan cara pembelajaran yang kini secara tendensius menggunakan jaringan internet sebagai fasilitator wajibnya.Artinya, e-learning yang tanpa jaringan internet (misalnya belajar dari radio atau televisi), tidak bisa memenuhi kriteria sebagai e-learning.Konsekuensinya, huruf "e" di depan "learning" tidak bisa lagi secara harfiah meloloskan pengartian e-learning sebagai pembelajaran elektronik. Harus ada jaringan internet untuk e-learning.

Kebutuhan dasar manusia generasi "i-boy" adalah internet, serupa dengan kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya dalam terminologi Maslow. I-Boy (saya adopsi dari film "I-Boy") sebenarnya hanya istilah yang menggantikan julukan generasi Z (atau Y?) yang tahun 2017 ini memasuki masa kegemilangannya sebagai referensi penyebutan generasi manusia-manusia wajib internet. I-Boy adalah setiap manusia yang kepaduan pemikiran, sikap, dan tindakannya sepenuhnya bersinergi dengan apa-apa yang terfasilitasi melalui jaringan internet. Belajar cara sujud dalam sholat yang benar, tidak aneh didapat bukan dari ulama atau kitab fiqh langsung tetapi dari situs-situs teks, animasi, multimedia, atau video. Belajar mananam kembangpun bisa dipelajari dari situs-situs internet, bukan langsung dari ahli botani dan buku-bukunya.

E-learning dengan demikian hanyalah satu di antara arah/bidang yang digeluti I-Boy. Di bidang ekonomi, hukum, militer, agama, pemerintahan, bahkan seksualitas bisa ditemukan I-Boy yang secara dramatis merubah definisi, perlakuan, dan konsekuensi dari cara lama bagaimana bidang-bidang kemanusiaan itu digelar di bumi yang sama. Semua hasrat kemanusiaan (atau kedirian manusia?) bisa muncul dan tersalur secara daring (online). Teknologi pendukung untuk itu juga sudah dapat diharapkan penuh untuk optimis terhadap datangnya masa-masa teknokrasi itu. Dan ini menyeret serta kebudayaan dan moralitas di kancah keniscayaan sejarah: bagaimana manusia siap tidak siap harus siap berpayung kehidupan dengan kubah raksasa bernama internet. (bersambung)