26 Januari 2018

Wannacry dan Morning Rain Phoenix Hotel

Liburan akhir semester gasal 2017/2018 memang cukup lama. Desember akhir sampai Februari. Beberapa mahasiswa chat saya betapa mereka bosan dengan liburan dan bingung cari kesibukan atau menikmati kos-kos an daripada ngendon di rumah asal yang "cuma" sekitar probolinggo atau kediri. Seharusnya sih, liburan berarti nge-charge sinapsis otak untuk kesiagaan datangnya trilyunan informasi neurotik perkuliahan di semester genap 2017/2018. Tetap saja, liburan berarti berlibur. Meskipun hanya dipenuhi suasana membantu emak masak di kampung.

Tetapi untuk sehari saja libur di liburan ini, aku harus sakit atau mbolos. Aku melanggar hukum deh, jika ga masuk antara senin-jumat. Pilihannya: ke kampus, tugas luar kota, ijin sakit, ijin mobil mbengkel, mbolos. Sidoarjo-surabaya sekitar 35 an kilo meter (PP 60an km) harus tetap kutempuh 5 kali seminggu jika tidak mau disebut "ijin" atau "mbolos", MESKIPUN di kampus hanya pindah tempat ngetik. Lebih sering lagi di kampus "hanya" silaturahmi dengan ngopi wal rokokan ber jam-jam. Sepertinya teman saya di Unair lebih nyaman dan bahagia. DIa pulang ke Yogya hampir sepanjang liburannya. PNS Unesa beda kali ya dengan PNS Unair.

Hari ini saya masih "liburan" di Yogya, di The Phoenix Hotel untuk ikut mereview - eh, membantu mereview atau bahkan hanya melihat proses review - terhadap mata kuliah daring dan/atau terbuka di 7 perguruan tinggi yg tergabung di IDB loan untuk e-learning. Selain itu juga ikut mengawal koordinasi integrasi LMS 7in1 ke laman SPADA (e-learningnya ristekdikti). Semalam sempat "jalan-jalan" 15 meter 😅 menyeberang untuk menikmati warung kucing. Itulah "liburan". Besok sabtu pagi sudah balik ke surabaya antar keluarga ke rumah mertua kediri. hehhe.. liburan ni yee..



Tetapi aku menikmati kok. Kelihatannya ga bener sih, aku yang pakar (karena doktor jeeeh....) filsafat tetapi jd komandan tim e-learning. Di tulisanku sebelumnya sudah kusinggung masalah ini. Syarat untuk menjalani hidup yang surgawi adalah menikmati..termasuk menikmati pekerjaan, lalu mengorientasikannya ke tujuan yang kita ideal/utopiakan. E-learning bukan kepakaranku, tetapi melalui ini aku bisa menyumbangkan sesuatu untuk umat. hehe..

Review e-mata kuliah daring inilah yang sekarang memusingkan kami. Betapa tidak. Awal tahun 2018 LMS Unesa - vi-learn.unesa.ac.id -  bersama servernya terpapar serangan ransomware-wannacry dengannya rontoklah konten semua mata kuliah daring Unesa. Dosen harus mengunggah lagi satu per satu. Mudah-mudahan sebelum Maret (1,5 bulan lagi), minimal 16 mata kuliah daring sudah tampil optimal di kuliahdaring.ristekdikti.go.id. Melihat kondisi di Unesa yang kebanyakan "unggulan" mata kuliah daringnya ada di semester gasal, tentu dimaklumi jika aku 80% ga yakin bisa memenuhi tenggat Maret itu, apalagi dengan tamu yang bernama wannacry.

Aku, Wak Alim, dan Bowo Lee sekarang harus menjawab tantangan itu semua di hadapan reviewer, staf kemenristekdikti, dan PMU IDB. Bu Yuni sebagai WR 1 mungkin belum tahu betul kondisi parah ini. Perontokan by wannacry belum in official kulaporkan ke pejabat tinggi Unesa yang paling kenceng larinya ini. Padahal beliau sudah bertekad menggelontorkan dana dan pikiran untuk men-daring-kan unesa. Bih... semoga ada akselerasi perubahan signifikan di e-learning unesa.

Sekarang morning rain di yogya sudah berhenti. TV one masih menyiarkan berita-berita ringan seperti video asusila sesama jenis atau janji pemerintah menunrunkan harga beras. Aku menikmati instant coffee ditemani 234 premium dan salak hotel yang manis. Biarlah perjuangan kami di e-learning menjadi jejak samar. Belajar sembarang waktu sembarang tempat adalah tujuan pen-daring-an mata kuliah ini, semoga tahun ini sudah berjalan lancar. Unesa urutan ke-5 PT yang paling aktif di SPADA, semoga bisa terus bertahan dan meningkat. Viva vi-learn. Viva Unesa.